Luput dari Perhatian Pemda Belu, Sejumlah Warga Fohomea Memilih Pasrah Pada Nasibnya

Atambua, News.Matatimor – Net : Kurang lebih 1,9km dari pusat kota Atambua, terdapat salah satu lokasi perkampungan yang dihuni puluhan Kepala Keluarga dan tepatnya di Fohomea, RT 31, Kelurahan Manumutin, Kabupaten Belu sangat memperihatinkan.

Kondisi kehidupan yang sangat amat tidak layak ini luput dari Perhatian Pemerintah, entah apa alasannya hingga keadaan tersebut membuat warga harus pasrah dan menanti janji-janji usang Pemda Belu yang tak kunjung datang.

Bukan saja rumah yang sebagian sudah roboh, namun air bersih dan akses jalan pun menjadi persoalan yang sangat serius dialami sejumlah warga yang ada.

Terhitung 15 tahun warga Fohomea, tidak tersentuh program pemerintah kabupaten (Pemkab) Belu soal rumah layak huni dan akses jalan serta air bersih.

Perlu diketahui bahwa, Fohomea adalah RT terakhir dari Kelurahan Manumutin, Kecamatan Kota Atambua, Kabupaten Belu, Provinsi NTT.

Tim awak media menelusuri setapak jalan menuju perkampungan tersebut tanpa melewati pemandangan yang jauh dari keramaian hingga menemui Ketua RT 31, Maria Magdalena Mau di kediamannya pada jumat 25 agustus 2023

Kepada media ini, Maria menceriterakan keadaan yang sesungguhnya sambil mengajak awak media untuk melihat secara detail sejumlah rumah yang temboknya sedang di topang dengan kayu bahkan sebagian sudah rubuh.

” selama 15 tahun kami tinggal di Fohomea ini belum ada bantuan berupa rehab rumah, air dan jalan yang baik sedangkan Listrik atas berkat pak kapolres saat ini sudah terang dan kami sangat menyampaikan limpah terima kasih yang tak terhingga atas bantuan listrik ini,” tutur Maria

Dikatakannya, bahwa kondisi rumah warga fohomea sangat memperihatinkan dan sebenarnya tidak layak untuk dihuni.

Pasalnya, kondisi rumah dengan tanpa slov dan retak hingga sebagian tembok runtuh, bahkan penghuninya siang berada dalam rumah, namun malam harus menginap di tetangga karena kuatir bila terjadi runtuhnya tembok di saat penghuninya sedang tidur.

” selama kami tinggal disini, bantuan yang kami dapat dari dinas Sosial yakni Rastra, dan PKH. Sementara perehaban rumah tidak,” jelasnya.

Tidak sampai disitu, Lanjut Maria, bahwa setiap kali pihaknya selalu mengusulkan ke Pemkab Belu melalui kegiatan Musrembang, namun sama saja hasilnya nihil.

” kami sering usulkan ke Pemkab Belu melalui musrembang tapi sama saja, tidak ada respon positif dari pemerintah,” katanya.

Yang lebih miris, terang Maria, bahwa kondisi rumah yang miring dan bahkan tembok yang runtuh ini, dengan upaya warga menahannya dengan tongkat kayu baik dari dalam rumah maupun luar rumah.

” iya kalo kita tidak tongkat dengan kayu maka rumah bisa roboh, bahkan tembok pun bisa jatuh. Ada warga yang siang dia ada dirumah tapi malam dia menginap di rumah tetangga,” tandasnya.

Harapan sebagai ketua RT, agar pemerintah kabupaten (Pemkab) belu untuk coba tengoklah kondisi warga terutama bantuan rumah layak huni.

Saat ini, kata RT Maria, ada 7 rumah yang tidak dihuni oleh warga karena kondisi rumah dengan rusak berat. Sehingga warga memilih untuk mengungsi di rumah tetangganya.

Namun ada juga, yang memilih merantau ke Kalimantan mencari modal untuk memperbaiki rumahnya.

“Saya sebagai ketua RT sungguh sedih dengan kondisi warga yang seperti ini. Kita sudah usulkan terus ke Pemda Belu melalui musrembang namun tetap saja tidak direspon dengan baik,” tutupnya.

Komentar
judul gambar
judul gambar