BERITA  

Renungan Katolik Malam Natal 24 Desember 2022

RD. ANSELMUS LEU – Pastor Paroki Camplong

Bacaan Pertama (Yes. 9: 1-7)

Palestina dibagi menjadi dua kerajaan. Kerajaan Utara dinamakan juga Kerajaan Israel, meliputi wilayah Galilea dan Samaria, dan Kerajaan Selatan , atau Kerajaan Yuda (dimana Ahaz berkuasa) dan meliputi daerah Yudea, yang ibu kotanya berada di kota Yerusalem.
Penduduknya bersaudara, namun selalu tidak hidup damai.

Dalam kenyataannya perang sering merusak hubungan antara mereka. Raja Ahaz meminta Asyria untuk datang dan membantu mereka. Kerajaan Azyria pun datang.

Mereka menghancurkan dan membakar segala sesuatu, dan mereka membunuh setiap orang yang mencoba untuk melawan dan bertahan. Mereka mengambil penduduk yang tersisa, yang masih hidup sebagai tahanan.

Seluruh negeri hidup dalam suasana ancaman, sebuah tanah yang diliputi oleh kecemasan (ay 1). Mereka yang telah dipenjarakan di sel bawah tanah benar-benar hidup dalam kegelapan.

Setelah menyaksikan semuanya ini, Yesaya mencucapkan kata-kata penyelamatnya : kegelapan, penderitaan, akan berakhir; hari kegembiraan dan sukacita yang luar biasa akan segera tiba.

Kegembiraan orang-orang yang berpesta pada waktu panen, dan bernyanyi karena persediaan makan mereka berlimpah ruah atau bagaikan kegembiraan para prajurit membagi jarahan mereka. Tetapi mengapa orang harus Bahagia? Bukankah perang masih berlangsung?

Yesaya menjawab : “Orang-orang yang berjalan dalam kegelapan telah melihat terang yang besar” (ay 1).

Terang apa? Terang adalah seorang bayi akan segera lahir dan yang akan memiliki kualitas hidup yang luar biasa. Dia akan sebijak Salomo (dia akan menjadi “Penasehat Ajaib”, “Pangeran Damai”, dia akan menegakkan “keadilan dan integritas”; dia akan gagah berani seperti Daud, dia akan menjadi pejuang yang lebih berani”. , “dewa,” dia akan menjadi “Bapa” bagi rakyatnya).

Kuk yang membebani rakyatnya akan dipatahkan. Tidak akan ada lagi kekerasan. Era baru akan dimulai, era perdamaian dan keadilan.

Siapa yang dibicarakan oleh Yesaya? Hizkia? Mungkin. Tapi, seperti yang telah kami sebutkan, Hizkia hanyalah orang baik. Tidak ada yang luar biasa. Tidak pernah ada raja dalam sejarah Israel yang menggenapi nubuat ini sepenuhnya.

Jadi orang-orang terus menunggu raja yang sempurna. Penantian itu berlangsung hingga kelahiran seorang anak bernama Yesus.

Raja Damai, cinta dan keadilan belum juga datang untuk kepenuhannya. Kerajaan itu akan bertumbuh, dan berkembang dalam Kerjasamanya dengan kita.

Bacaan Kedua (Tit 2: 11-14)

Kasih karunia Tuhan telah dinyatakan! Jadi penulis surat kepada Titus menyatakan seruan sukacita atas apa yang Tuhan lakukan Ketika Putra-Nya datang ke dunia ini. Namun, pembacaan ini mengingatkan kita bahwa sukacita itu belum tercapai.

Masih banyak hal yang harus dilakukan demi keselamatan bagi semua orang belum terjadi. Pertama-tama harus ada pembaruan hidup kita; kita harus meninggalkan kejahatan, mendukung keadilan, dan berpegang teguh pada kejujuran.

Injil (Luk 2: 1-14)

Kisah Natal mungkin ditulis setelah akhir penulisan Injil, dan dimaksudkan untuk menunjukkan kepada kita tentang apa yang dipahami orang Kristen perdana tentang Kristus yang bangkit.

Kaisar Augustus adalah kaisar Roma; wilayah kekuasaannya meluas ke semua bangsa. Yesus lahir di tempat yang disebut Betlehem, (sebenarnya desa gembala) yang nyaris tidak dikenal di antara pegunungan Yudea.

Lukas memberi tahu kita bahwa kelahiran itu bukan fiksi, tetapi nyata. Kelahiran Anak Allah identik dengan kelahiran manusia lainnya. Rujukan ke Bethlehem sangat penting, karena para nabi telah bernubuat bahwa Mesias, keturunan Daud, akan lahir di kota yang sama dengan raja agung itu (Mik. 5: 1).

Jadi Lukas menghadirkan Yesus sebagai Mesias yang disingkirkan, yang diwartakan oleh banyak nabi khususnya oleh nabi Yesaya.

Kata-kata yang diucapkan oleh malaekat, “Hari ini seorang juru selamat telah lahir bagimu…) (ay 11) memberikan tekanan tentang Yesus sebagai raja. Ungkapan yang sama digunakan oleh orang Romawi untuk mengumumkan kelahiran seorang kaisar.

Akan tetapi raja ini membingungkan kita sejak awal: Ia tidak lahir di sebuah istana, akan tetapi di dalam gua, dan dia tidak memiliki sarana apa pun orang yang mutlak diperlukan untuk mengubah dunia; uang, senjata, kekuasaan , aliansi kuat..

Para gembala tidak mengisahkan bahwa mereka akan menemukan seorang anak dengan wajah malaekat, atau dikelilingi oleh pasukan surgawi. Mereka akan menemukan seorang anak yang normal, hanya dengan satu ciri khusus : Ia akan menjadi miskin di antara orang yang miskin.

Injil pada malam Natal ini memperlihatkan kepada kita tentang Allah yang memilih orang miskin dan orang yang lemah, dan mengajarkan kepada kita untuk tidak mengandalkan kekuatan manusia, sesuatu yang bahkan orang Kristen sulit melakukannya.

Bagi siapa kelahiran ini diwartakan? Siapa yang melihat raja ini tanpa kekuasaan, tanpa takhta, tanpa mahkota, tanpa tentara, penyelamat, Mesias, putra yang diharapkan Daud? Apakah kelahiran ini diperuntukkan bagi para gembala (ay 8-12).

Mengapa? Apakah mereka adalah orang yang paling mudah didekati dan disukai? Tetapi apakah kita begitu yakin bahwa gembala adalah orang yang sederhana, baik, polos, jujur, dan dihormati? Saya takut mengatakan demikian, karena mereka bukan seperti itu.

Gembala dianggap sebagai orang-orang terburuk di sekitarnya. Mereka dianggp tidak murni secara alamiah. Mereka menjalani hidup yang tidak jauh berbeda dengan hewan yang mereka pelihara. Mereka tidak diizinkan masuk ke dalam Kanisah untuk berdoa dan bahkan kesaksian mereka di pengadilan tidak diterima karena mereka dianggap pembohong.

Para rabi mengajarkan bahwa para gembala, pemungut cukai akan hampir mustahil tidak pernah akan bisa mengembalikan apa yang telah mereka curi seperti yang dituntut hukum.

Yesus memilih untuk hidup di antara kelompok orang yang terendah di dalam masyarakat, orang berdosa, orang buangan, mereka yang berkekurangan, mereka yang paling menderita, mereka yang kekurangan segalanya dalam hidup.

Mereka bukan orang yang ‘adil’. Mereka adalah orang-orang yang dengan cemas mengharapkan firman Allah yang penuh kasih, pembebas dan penyelamat.

Dia akan berbicara dalam Bahasa sederhana mereka, menggunakan perumpamaan, akan berbagi suka dan duka mereka, akan berpihak pada mereka dan melawan siapa pun yang berusaha mengisolasi mereka dari masyarakat.

Pada pihak lain kita memiliki orang miskin, orang sederhana, membenci orang yang lansung mengenali dan menyambutnya dengan suka cita.

Di sisi lain, yang terpelajar, yang kaya, yang berkuasa, mereka yang hidup menyendiri di tempat mereka, yakin bahwa mereka tahu segalanya dan memiliki semua yang dibutuhkan untuk kebahagiaan. Mereka tidak membutuhkan penyelamat, atau Mesias yang tidak memenuhi harapan mereka.

Orang Kristen percaya bahwa Dia (Yesus) adalah raja yang telah lama ditunggu-tunggu. Tapi apakah kita sudah benar-benar mengerti apa yang Tuhan ingin sampaikan kepada kita melalui bayi ini?

Bisakah kita yakin bahwa kita telah memahami pesan Natal jika kita masih begitu kuat mencari dan mempraktekkan kekuasaan, mengandalkan kekayaan dan masih mengisolasi mereka yang melakukan kesalahan?

TEMA PESTA INI: SEORANG BAYI LAHIR BAGI KITA

Mengapa kita merayakan perayaan Ekaristi malam ini? Apakah bukan lebih nyaman dan aman jika perayaan ini dirayakan pada siang hari? Pasti, akan tetapi pada malam yang istimewa ini kita mengalami kegelapan yang menutupi dunia sebelum kedatangan “bayi Natal” yang dijanjikan oleh para nabi.

Bacaan Injil melanjutkan tema ini tentang terang yang dibawa ke dalam dunia ini oleh bayi Bethlehem dan memperlihatkan kepada kita cahaya yang menerangi orang-orang miskin.

Bacaan kedua mengingatkan kita bahwa kita menginginkan cahaya yang dicurahkan kepada kita agar kita mengubah hidup kita.

Komentar
judul gambar
judul gambar